Hujan.. Kamu..


Malam ini Naya sendirian di rumahnya. Ayah, Ibu dan kakaknya, Witha, pergi mengunjungi rumah Gilang sedangkan kakak laki-lakinya berada di luar kota. Awalnya Naya tidak masalah ditinggal sendirian, lagipula banyak persediaan makanan dan stok komik, namun tiba-tiba saja hujan turun dengan deras ditambah lagi dengan angin yang kencang dan petir yang bergemuruh.  

KRING!!

Naya segera menuju pintu depan, dia berharap itu adalah keluarganya.

“Kau?” tunjuk Naya pada orang yang di depannya. Orang yang ditunjuk itu segera masuk ke dalam rumah setelah menutup payungnya.

“Untuk apa kau kesini?”

“Cepat tutup pintunya.” Kata orang itu, Naya pun menurut.

“Untuk apa kau kesini?” tanya Naya lagi.

Tapi tetap tidak dijawab orang itu malah masuk ke dalam rumah dengan santainya.

“Ya! Triandra Wijaya!” teriak Naya menyusul Trian yang sudah masuk ke dalam rumahnya.

“Wah ada mie rebus. Soto lagi.” kata Trian segera memakan mie rebus milik Naya yang ada di meja.

“Itu makananku!” Naya berusaha merebutnya namun Trian menghalangi.

“Aku lapar sekali.” kata Trian, Naya pun merelakan mie rebusnya dimakan oleh tetangganya itu.

“Kenyang sekali. Terima kasih Naya ku yang cantik.” kata Trian tersenyum manis.

“Sekarang kau harus pulang!”

“Di luar sedang hujan deras, Nay. Kau tega sekali denganku,” kata Trian memelas. “Kak Witha juga menyuruhku kesini untuk melihat keadaanmu.”

“Untuk apa? Aku baik-baik saja.”

“Kau yakin? Bukankah kau takut dengan petir?”

“Tidak, siapa bilang aku takut petir!” bantah Naya. 

Tiba-tiba terdengar suara petir yang sangat keras Naya segera memeluk Trian yang ada disampingnya. Trian tersenyum sambil memeluk tubuh Naya. Tak lama Naya segera melepaskan pelukannya.

“Katanya kau tidak takut?” ledek Trian.

“Siapa yang takut?! Aku hanya kaget.” jawab Naya, Trian tersenyum.

“Kau mau kemana?” tanya Naya saat Trian berdiri.

“Toilet. Kau mau ikut?” tanya Trian. Naya memalingkan wajahnya, Trian tertawa.

“Jangan lama-lama!” teriak Naya saat Trian masuk ke dalam kamar mandi.

* * * 

Hujan yang turun dengan semakin deras, petir pun selalu menyambar dengan kencang. Naya selalu duduk di dekat Trian, dia memang takut dengan petir Trian tahu betul itu. Trian terus meledek Naya, Naya sangat kesal namun ia tak berani menjauh dari Trian.

“Ya! Berhentilah meledekku!” kata Naya.

“Ini sangat menyenangkan.” Trian terus tertawa.

“Tidak ada yang lucu.”

“Kau sangat lucu Annaya Dewi.” kata Trian sambil mencubit kedua pipi Naya lalu mengacak-acak rambutnya.

“TRIAN!!” teriak Naya semakin kesal dan itu malah membuat tawa Trian semakin kencang.

“Sudah jam 12 kau tidak mengantuk Nay?” tanya Trian.

“Tidak.” namun tak lama Naya menguap dia segera menutupnya dengan telapak tangannya. Trian tersenyum.

“Waktunya putri kecil tidur.” kata Trian.

“Aku bukan putri kecil!” Naya pun berdiri lalu menuju kamarnya. Namun baru selangkah di berhenti lalu berbalik.

“Yan.”

“Ya?” jawab Trian. Naya hanya diam. “Kenapa Nay?”

“Mau gak kamu menemaniku sampai aku tertidur?” Trian tersenyum lalu berjalan kearah Naya.

“Tidur bersama pun aku tak keberatan.” kata Trian lalu mencolek dagu Naya. Naya memukul bahu Trian, Trian pun tertawa.

“Baiklah. Ayo kita tidur tuan putri.” Trian  merangkul bahu Naya lalu masuk ke dalam kamar. 

* * * 

Trian duduk di samping Naya yang sudah berbaring di tempat tidur. Trian pun menutupi tubuh Naya dengan selimut Winnie The Pooh kesukaannya.

“Jangan pergi sampai aku tertidur.” kata Naya, Trian mengangguk.

Naya pun memejamkan matanya. Trian sangat menyukai melihat wajah polos Naya, dia terus memperhatikan Naya. Tak lama Naya membuka matanya kembali.

“Kenapa Nay?”

“Nyanyikan lagu untukku?” pinta Naya.

“Bernyanyi?”

“Iya. Aku gak bisa tidur.” pinta Naya manja.

Trian menggaruk tengguknya dan tak lama Trian mulai menyanyikan sebuah lagu. Trian bernyanyi dengan lembut, Naya memperhatikan Trian sambil tersenyum, tanpa Trian tahu kalau Naya sangat menyukai suara Trian. Tak lama Mata Naya terpejam dan dia mulai terlelap. Trian terus menyanyikan lagunya sampai selesai. Trian merapikan poni Naya yang menutupi matanya dan membelai lembut rambut Naya.

“Selamat malam Nay. Mimpi indah.” Trian mengecup kening Naya lalu keluar dari kamar Naya.

* * *

Hujan masih sangat deras, Trian pun masih berada di rumah Naya. Trian mulai mengantuk, dia pun masuk ke dalam kamar Dani, kakak laki-laki Naya. Trian sudah sering menginap disini.

Tiba-tiba petir menyambar dengan sangat kencang. Naya terbangun, dia melihat sekitar kamarnya namun tak ada siapa pun. Naya segera keluar dari kamar dan dia tak melihat siapa pun juga. Dia semakin takut, Naya pun menangis. Trian yang mendengar suara tangisan segera keluar dari kamar. Dia melihat Naya berjongkok di dekat sofa sambil menangis.

“Nay.. Nay, kamu gak papa?” tanya Trian panik. Naya tidak menjawab, dia terus menangis. Trian segera memeluk tubuh Naya yang gemetar.

“Tenang Nay. Ada aku, ada aku disini.”

“Aku takut.. aku takut banget Yan.” isak Naya, Trian memperat pelukannya.

“Tenang Nay, tenang. Ada aku.” kata Trian menenangkan Naya. Naya mulai tenang lalu melepaskan pelukannya.

“Tadi kau kemana?” tanya Naya sambil menatap Trian.

“Aku di kamar kak Dani. Kau udah tidak apa-apa?” tanya Trian sambil memegang wajah Naya.

“Aku takut.” jawab Naya masih terisak, Trian kembali memeluk Naya dan menenangkannya.

“Kita kembali ke kamar.” Trian merangkul Naya masuk ke kamarnya. Trian kembali menyelimuti Naya setelah Naya berbaring.

“Jangan pergi.” kata Naya sambil menggenggam tangan Trian, Trian duduk di samping ranjang Naya.

“Tidak. Tidurlah. Apakah mau ku nyanyikan lagi?” Naya mengangguk. Trian kembali menyanyikan sebuah lagu. Namun Naya tetap menatap Trian dan semakin memperat genggaman tangannya.

“Tidurlah, aku akan tetap disini.” kata Trian. Trian terus bernyanyi untuk menemai tidur Naya. Bahkan sampai Naya terlelap tangannya tak pernah mau melepaskan tangan Trian.

* * *

Keesokan paginya Naya bangun terlebih dulu. Dia merasa tangannya sangat hangat. Dia pun melihat tangannya masih mengenggam erat tangan Trian. Naya melihat Trian tertidur dibawah. Naya mengingat peristiwa tadi malam.

“Terima kasih.” kata Naya sambil tersenyum. Naya turun dari tempat tidurnya lalu membangunkan Trian.

“Yan, bangun sudah pagi.” Trian menggeliat lalu membuka matanya. Yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Naya tanpa sadar Trian tersenyum. Ini adalah pagi terindah di dalam di hidupnya. Namun tak lama dia sadar lalu segera bangun dan duduk dengan tegak.

“Pagi Nay.” kata Trian tanpa menatap Naya.

Naya keluar dari kamar dan Trian mengikutinya

“Cuci muka dulu.” kata Naya sambil berjalan menuju dapur.

Trian menurut dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai Trian menghampiri Naya di dapur dan menunggu Naya menyiapkan sarapan. Tak lama Naya datang membawa nampan dan dia duduk di depan Trian.

“Roti bakar dan segelas susu.” kata Naya sambil meletakkannya di depan Trian.

“Hanya inilah keahlianmu,” ledek Trian. Naya cemberut. “Terima kasih Nay.” Naya tersenyum.

“Terima kasih juga, Yan.” kata Naya. Trian yang sibuk memakan rotinya menatap Naya. “Karena kamu mau menemaniku tadi malam.”

“Sama-sama, Nay. Ini tidak terlalu buruk,” kata Trian sambil mengangkat rotinya yang tinggal setengah. “Apakah hari ini kau kuliah?”

“Iya, jam 8.”

“Berangkat bareng?” tawar Trian. Naya mengangguk setuju. Mereka pun melanjutkan sarapan sambil berbalas senyuman.



--oo0oo--

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN MUSIK DARI ZAMAN KE ZAMAN

Psikologi Lintas Budaya