Last

Aku merasa hidupku sangat bahagia walaupun aku adalah anak tunggal dan orang tua ku sering keluar kota ataupun negeri, tapi aku memiliki dua sahabat dan seorang kekasih yang sangat sayang dan peduli padaku. Tapi semua itu berubah seketika saat aku tahu kenyataan yang sangat menyakitkan bagiku dan dapat mengubah hidupku.

Bermula saat aku merasa sangat pusing, pusing yang sangat sakit sekali aku tak bisa menahannya aku pun memeriksakannya ke dokter. Dan ternyata aku mengidap penyakit kanker otak yang sudah memasuki stadium 3. Aku sangat kaget dengan hasil pemeriksaan itu. Aku ingin sembuh dan aku ingin bersenang-senang dan hidup bahagia bersama keluargaku, sahabatku, dan Dino. Aku pun selalu rutin untuk melakukan terapi dan pemeriksaan, aku tak pernah absen.

Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain penyakitku tak juga sembuh malah semakin cepat penyakit ini mengrogoti tubuhku. Semakin hari aku semakin lemas dan tak berdaya, tak ada seorang pu yang tahu tentang penyakitku ini. Papa, Mama, Chika, Rini, ataupun Dino tak ada yang tahu. Aku tak ingin membuat dan melihat khawatir.

Semakin lama tak ada tanda-tanda kesembuhan terhadap peyakitku. Aku terus mencoba untuk sembuh. Tapi keingananku itu semakin lama semakin memudar. Semua orang yang mengenalku sering bertanya tentang kesehatanku karena semakin lama aku semakin terlihat pucat, kurus, dan lemas. Rambutku yang panjang dan tebal pun sudah mulai menipis karena efek dari kemoterapi. Sampai keadaanku memburuk aku belum juga memberitahu siapa pu tentang penyakitku.

Suatu hari dokter pun memvonis kalau hidupku sudah tidak akan lama lagi. Aku semakin takut. Bukan takut menghadapi kematian tapi aku takut membuat keluarga, sahabat, dan kekasihku menangis, aku tak mau membuat mereka sedih.

Keinginanku sebelum aku meninggal adalah membuat orang yang ku sayang bahagia. Aku ingin menghabiskan banyak waktu bersama kedua orang tuaku. Aku pun menelepon dan meminta mereka untuk sejenak meninggalkan pekerjaan mereka dan menemaniku. Mereka pun mengabulkan permintaanku. Saat pulang ke rumah dan melihat kondisiku yang sangat buruk mereka sangat cemas dan Mama mulai menangis karena merasa tidak bisa mengurusku. Aku sangat tidak tega melihatnya menangis aku pun menyakinkan kedua orang tuaku kalau aku baik-baik saja.

Selama beberapa hari aku menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan kedua orang tuaku. Aku merasa senang sekali karena jarang sekali aku dapat berkumpul dengan kedua orang tua dan kami bersenang-senang. Mama membuatkan kami makanan rasanya sudah lama tidak menyantap makanan buatan Mama. Aku juga memberikan hadiah untuk kedua orang tuaku dan mereka terlihat sangat senang dengan hadiah yang kuberikan. Aku sangat sayang pada kedua orang tuaku, mereka segalanya bagiku.

Aku sudah sangat puas dan senang telah menghabiskan banyak waktu dengan orang tuaku. Sekarang sahabatku, aku ingin membuat mereka bahagia. Chika, aku ingin sekali melihat Chika senang dan bahagia bersama kedua orang tuanya. Karena semenjak kedua orang tua Chika bercerai Chika selalu merasa ditinggalkan dan dia tumbuh menjadi anak yang pemberontak.

Aku pun mencoba untuk berbicara kepada orang tua Chika tanpa sepengetahuannya dan memberikan mereka pengertian bahwa semenjak mereka bercerai Chika sangat merasa kesepian. Aku sangat berharap bisa melihat Chika tertawa dan bahagia bersama kedua orang tuanya. Akhirnya setelah aku berbicara panjang lebar dengan kedua orang tua Chika mereka pun setuju ingin jalan-jalan bersama Chika. Aku pun mengatur semuanya aku ingin ini menjadi kenangan yang paling indah untuk Chika. Hari itu pun menjadi hari yang paling indah untuk Chika dan juga aku.

Karena terlalu semangatnya aku untuk membuat semua orang ku sayang bahagia kesehataanku semakin menurun, tapi aku tidak mempedulikannya. Hari ini aku ingin sekali menghabiskan waktu bersama Dino. Dino sangat sayang padaku, aku bisa melihat dari matanya. Aku sangat merasa bersalah karena aku tidak berkata jujur kepada Dino tentang penyakitku. Saat sedang berbincang dengan Dino aku merasa tubuhku dingin, aku sangat lemas. Gelas yang ku pegang tiba-tiba lepas dari tanganku dan pecah. Mataku berkunang-kunang aku tidak kuat lagi.

“Ta, hidung kamu berdarah. Kamu kenapa Ta?” kata Dino panik.

Aku merasakan tubuhku semakin dingin. Terakhir yang aku tahu Dino terus memanggil-manggil namaku setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Saat aku bangun aku sudah ada di rumah sakit, aku melihat kedua orang tuaku, Chika, Rini, dan Dino. Mama, Chika, dan Rini terlihat menangis, tapi Mama yang terlihat sangat sedih. Mama menangis disampingku air mata yang keluar sangat banyak, wajahnya pun sangat pucat. Sedangkan Papa dan Dino terlihat menahan tangis. Aku ingin sekali membuat mereka berhenti menangis tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, untuk mengatakan sesuatu saja aku sulit sekali.

Sejak saat itu orang tuaku, Rini, Chika, dan Dino tahu kalau aku mengidap penyakit kanker otak. Mama dan Papa tidak mengucapkan apa pun padaku tapi wajahnya menyiratkan kesedihan yang sangat mendalam. Begitu juga dengan kedua sahabatku, aku merasa sangat bersalah dan sedih karena telah membuat mereka sedih dan khawatir. Tapi tidak dengan Dino, dia mengungkapkan seluruh kesedihannya padaku. Dino sampai menangis ini pertama kalinya aku melihat dia menangis. Perasaanku pun juga sangat sedih Dino yang selalu perhatian, sayang, dan peduli terhadapku kini menangis karenaku. Rasanya aku ingin memeluknya dan memberitahunya kalau aku sayang padanya aku pun tak ingin meninggalkannya.

Sudah sekitar 3 minggu aku berada di rumah sakit, tapi keadaanku tak kunjung membaik. Kedua orang tuaku sudah hampir putus asa dengan keadaanku, tapi tidak dengan Rini, Chika, dan Dino mereka tetap mendukungku untuk melakukan serangkaian terapi. Karena mereka aku pun mempunyai semangat walaupun aku tahu kalau aku tak kan mungkin bisa sembuh. Hari itu hari sangat mendung entah mengapa aku ingin sekali ditemani oleh semua orang yang ku sayang. Mama, Papa, Chika, Rini, dan Dino sekarang ada disampingku. Mereka tersenyum didepanku tapi aku bisa melihat kesedihan yang sangat dalam di mata mereka,aku bisa melihatnya.

Dengan lemah aku mengutarakan semua perasaanku kepada mereka semua. Aku menyayangi mereka, aku igni membuat mereka sedih karenaku, mereka adalah harta yang yang paling berharga dalam hidupku. Aku pun meminta maaf kepada mereka karena aku tak memberitahukan mereka tentang penyakitku. Aku mencoba untuk tidak menangis di depan mereka tapi air mataku terus memaksa untuk keluar. Aku pun tak bisa menahan tangisku lagi.

Aku sangat sedih karena aku akan meninggalkan dunia ini dan aku akan pergi meninggalkan semua orang yang kusayangi. Aku tak mau meninggalkan mereka semua. Tapi setidaknya aku telah menghabiskan banyak waktu bersama mereka dan membuat mereka bahagia. Tapi aku belum melakukan apa pun untuk Rini. Dia sahabatku sejak kecil, sekarang aku bisa melakukan apa dalam keadaan seperti ini. Aku juga belum melakukan apa pun untuk Dino. Aku meraih tangan Dino juguga tangan Dino.

“Aku harap kalian bisa bersama. Rini orang yang pantas buat kamu Din.” Aku mempersatukan tangan mereka berdua dihadapanku.

Rini sudah lama menyukai Dino, malah sebelum aku menjadi kekasihnya. Dan aku pikir lebih baik Dino bersama Rini daripada dia terus berlarut-larut dalam kesedihan karenaku.

“Inta, kamu ngomong apa sih? Kamu pasti sembuh. Pasti.” Dino langsung melepaskan tangan Rini dan dia menggenggam tanganku dengan sangat erat.

“Please Din. Ini permintaan terakhir aku. Aku harap kalian mau ngabulinnya.” Aku melepaskan tanganku dari Dino dan kembali mempersatukan tangan Rini dan Dino kembali.

“Please Din. Demi aku.” Dino pun menggangguk dengan lemas dan Rini tersenyum. Aku sangat senang setidaknya aku bisa melihat dan membuat semua orang yang kusayang bahagia.

“Makasih ya. Aku sayang banget sama kalian semua.”

“Mama juga sayang banget sama kamu. Mama gak siap buat kehilangan kamu sayang.” Tangis Mama semakin kencang, Chika dan Rini pun ikut menangis.

“Aku gak akan pergi kemana-mana, Ma. Aku akan selalu ada disini. Bersama kalian.” Itu adalah kata-kata terakhir yang keluar dari mulutku. Aku sangat senang karena aku pergi saat semua orang yang kusayang ada disampingku dan aku telah memberikan sesuatu pada mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN MUSIK DARI ZAMAN KE ZAMAN

Psikologi Lintas Budaya