Gordon Willard Allport : Teori Kepribadian Matang

Menurut Allport individu yang sehat adalah indivude yang bebas dari masa lalu, fokus kepada masa depan. Dalam konsep Allport ada yang disebut dengan Proprium, proprium adalah sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang, yang tidak dimiliki orang lain. Kriteria kepribadian yang matang menurut Allport adalah :
1. Perluasan perasaan diri : individu matang mengembangkan perhatian ke luar diri sendiri. 
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain : mampu memperlihatkan keintiman (cinta) kepada orang-orang terdekat. 
3. Keamanan emosional : mampu menerima dirinya dengan segala kelemahan dan kelebihannya, termasuk emosi yang dirasakan. 
4. Persepsi realistis : memandang dunia secara objektif, sedangkan individu neurotis mengubah realitas sesuai keinginannya. 
5. Keterampilan dan tugas-tugas : mengerahkan keterampilannya pada pekerjaan mereka 
6. Pemahaman diri : menggambarkan dirinya secara objektif dan terbuka terhadap pendapat orang lain 
7. Filsafat hidup yang mempersatukan : memiliki arah ke depan 
Sesuai dengan kriteria itu menurut saya Helen Keller adalah tokoh berkepribadian matang. 

Helen Keller seseorang yang tuna rungu dan tuna netra namun ia mampu menjadi seorang penulis, aktivis politik dan dosen Amerika. Ia pun menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara denga para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind. 

 Ia lahir normal di Tuscumbia, Alabama pada 1880. Di usia 19 bulan, ia diserang penyakit yang menyebabkannya buta dan tuli. Ia jadi liar dan tidak dapat diajar. Pada usia 7 tahun,orang tuanya mempercayai Anne Sullivan menjadi guru pribadi dan mentor Hellen. Anne memegang tangan Helen di bawah air dan dengan bahasa isyarat, ia mengucapkan "A-I-R" pada tangan yang lain. Saat Helen memegang tanah, Anne mengucapkan "T-A-N-A-H" dan ini dilakukan sebanyak 30 kata per hari. Helen diajar membaca lewat huruf Braille sampai mengerti apa maksudnya. Helen menulis, "Saya ingat hari yang terpenting di dalam seluruh hidup saya adalah saat guru saya, Anne Mansfield Sullivan, datang pada saya." Dengan tekun, Anne mengajar Helen untuk berbicara lewat gerakan mulut, sehingga Helen berkata, "Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati." Ia belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat Braille. Pada usia 20 tahun, ia kuliah di Radcliffe College, cabang Universitas Harvard khusus wanita. Anne menemani Hellen untuk membacakan buku pelajaran, huruf demi huruf lewat tangan Helen dalam huruf Braille. Hanya 4 tahun, Helen lulus dengan predikat magna cumlaude 

1. Perluasan diri : Setelah Helen Keller menerima kondisinya yang kurang sempurna dia tidak menyerah bahkan dia selalu ingin belajar. Ia selalu meminta gurunya, Anne Sullivan, untuk mengajarkan semua hal kepadanya. Untuk memberitahukan bagaimana dunia ini. Helen Keller sangat ingin belajar. Bahkan dia menjadikan kekurangannya menjadi motivasi hidupnya.
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain : Saat pertama kali mengetahui dirinya tuna rungu dan tuna netra Helen menjadi anak yang pemarah, kasar, dan sulit diatur. Bahkan orang tuanya menempatkannyadia suatu rumah pribadi. Namun saat gurunya mampu mengajarkannya membaca huruf braile dan bahasa isyarat Helen menjadi anak yang baik, sopan, dan ramah. Hubungannya dengan kedua orang tuanya kembali baik bahkan hubungannya dengan sang guru menjadi sangat dekat. Dengan keramahan dan kebaikannya Helen diterima oleh 'dunia'. Dia menjadi penulis, aktivis, bahkan dosen yang cukup disegani.
3. Keamanan Emosional : Awalnya sulit untuk Heln kesil menerima bahwa dirinya menjadi bisu dan tuli namun perlahan dia menerimanya. Dia tetap melakukan hal-hal yang orang normal lakukan, dia tetap mau belajar. Bahkan dia membuktikan bahwa kelemahannya bukanlah halangan untuk menjadikannya orang yang luar biasa. Dengan kerja kerasnya siapa yang tidak tahu Helen Keller seorang pembicara, aktivis, politik, dan penulis yang hebat dan kadang membuat kita lupa bahwa dia adalah seorang tuna rungu dan tuna netra. 
4. Persepsi realistis : Helen tak pernah berhenti belajar ia ingin menunjukkan bahwa orang yang memiliki kekurangan pun dapat menjadi orang yang luar biasa. Dia tahu apa tujuan hidupnya.
5. Keterampilan dan tugas-tugas : Helen selalu melakukan tuganya dengan baik. Saat pertama kali diajarkan bahasa isyarat sang guru, Anne, selalu memberikan tugas-tugas seperti menebak benda yang ada digenggaman. Helen berusaha keras untuk mengetahui benda itu, Helen selalu belajar. Dari mengetahui benda dia pun mulai diajarkan meraba bibir seseorang saat bicara agar dia tahu apa yang sedang dibicarakan, Helen kembali menguasainya dan itu yang mempermudah dirinya untuk mengetahui segala hal di dunia.
6. Pemahaman diri : Dia selalu belajar, dia selalu mendengarkan gurunya, walaupun dia sudah menjadi orang yang hebat dia tetap tak ingin lepas dari gurunya. Walaupun dia sudah dikenal dunia luas dia tetap menganggapnya gurunya yang terhebat. Helen Keller tak pernanh menganggap dirinya lebih hebat dari siapa pun.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan : Helen memiliki tujuan hidup, dia ingin maju dan dia tak pernah berhenti belajar untuk mengetahui dunia yang tak pernah dilihatnya 

Sumber biografi : id.wikipedia.org 
Sumber teori      : Materi perkuliahan Kesehatan Mental dan Psikologi Kepribadian 2
www.gunadarma.ac.id 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN MUSIK DARI ZAMAN KE ZAMAN

Psikologi Lintas Budaya